Perlu diketahui bersama, di indoensia terdapat beragam suku
bangsa. Keberagaman tersebut menciptakan sebuah kebudayaan yang sangat berbeda
antara satu daerah dengan daerah yang lainya.
Gumi
sasak merupakan sebuah tempat bagi orang orang sasak megantungkan harapan dan
kehidupanya dengan melakukan serangkaian proses kehidupan dari generasi ke
generasi dan melahirkan bagian bagian
yang penting yang harus diketahui oleh generasi mudanya, tentang kesuburan
tanahnya mampu menopang kehidupan orang-orang sasak. Dari beberapa catatan atau
informasai yang didapat, asal usul orang sasak yang mendiami pulau Lombok adalah
ras mogoloid yang berada di asia tenggara.
Piagam gumi sasak
sejatinya merupakan usaha untuk mempertahankan dan menjaga kebudayaan sasak dan
kearifan lokal yang sudah dipertahankan sejak dahulu kala, selain itu piagam
gumi sasak merupakan usaha untuk
memperbaiki.
Berdasarkan hasil yang didapat wawancara dari Bapak Murahim
S. Pd., M. Pd Awal mula terbentuknya piagam gumi
sasak ini karena intinya adalah keprihatinan para budayawan sasak dan tokoh-tokoh agama melihat kebudayaan sasak
seakan-akan kesakralannya itu mulai luntur dan jauh melenceng dari
aturan-aturan yang sudah di tetapkan. Oleh karena itu Sampai sebuah lembaga
kebudayaan mempunyai ide untuk memperbaiki kondisi budaya sasak yang sudah di
plintir atau obrak-abrik, ini bahkan sudah jauh atau melenceng dari arah yang
sebenarnya. Hal inilah yang membuat para budayawan menemui tokoh-tokoh agama,
para penguasa, kemudian membuat kesepakatan untuk sebuah Manifesto kebudayaan, akan tetapi
kata manifesto tidak cocok untuk sasak,
dan pada akhirnya jugak terpikirlah mengubah
kata manifesto menjadi Piagam Gumi
Sasak.
Kemudian disusunlah piagam gumi sasak oleh tim dari lembaga Rontal dan menyusun
sebuah isi piagam gumi sasak, bagaiman kita berjuang bersama-sama sebagai
generasi muda bangsa sasak dan bertanggung jawab untuk budaya sasak kedepannya oleh kepentingan penguasa. Isi
dari piagam tersebut adalah tentang bagaimana kita sebagai anak-anak Sasak
memperjuangkan bangsa Sasak yang memiliki tanggungjawab, yaitu bagaimana masa
depan budaya Sasak, bagaimana masa depan sejarah Sasak, bagaimana masa depan
kesasakan kita sabagai bangsa yang kemudian dibacakan pertama kali di museum
NTB. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM
Menjadi bangsa Sasak
adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT dan generasi
mendatang. Menunaikan amanah Sasak itu sejatinya merupakan matarantai sejarah
kemanusiaan, melalui symbol-simbol yang diletakkan dalam pemikiran bangsa Sasak
yang terhampar di Gumi Paer. Simbol-simbol itu merupakan tanda-tanda yang
terbaca yang membawa kembali menuju jatidirinya yang sebenarnya.
Perjalanan sejarah
bangsa Sasak yang diwarnai oleh hikmah yang tertuang dalam berbagai bencana
yang menenggelamkan, mengaburkan, dan menistakan keluhuran budaya Sasak.
Berbagai catatan penekanan, pendangkalan makna, pengetahuan jati diri, sampai
pembohongan sejarah dengan berbagai kepentingan para penguasa yang masih
berlangsung hingga saat ini, melalui pencitraan budaya dan sejarah bangsa yang
ditulis dengan perspektif dan kepentingan kolonialisme dan imperialism modern.
Hal itu telah membuat bangsa ini menjadi bangsa inferior yang tak mampu tegak
di antara bangsa-bangsa lain dalam rangka menegakkan amanat kefitrahannya
sebagai bangsa.
Sadar akan hal tersebut, kami anak-anak
bangsa Sasak mengumumkan PIAGAM GUMI SASAK sebagai berikut:
Pertama:
Berjuang bersama menggali dan menegakkan
jatidiri bangsa Sasak demi kedaulatan dan kehormatan budaya Sasak.
Kedua:
Berjuang bersama memelihara, menjaga,
dan mengembangkan khazanah intelektual bangsa Sasak agar terpelihara kemurnian
kebenaran, kepatutan, dan keindahannya sesuai dengan roh budaya Sasak.
Ketiga:
Berjuang bersama menegakkan harkat dan
martabat bangsa Sasak melalui karya-karya kebudayaan yang membawa bangsa Sasak
menjadi bangsa yang maju dan menjunjung tinggi nilai religiusitas dan
tradisionalitas.
Keempat:
Berjuang bersama membangun citra sejati
bangsa Sasak baru dengan kejatidirian yang kuat untuk menghadapi tantangan
peradaban masa depan.
Kelima:
Berjuang bersama dalam satu tatanan
masyarakat adat yang egaliter, bersatu, dan berwibawa dalam bingkai Negara
Kesauan Republik Indonesia.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kekuatan serta memberkahi perjalanan bangsa Sasak menuju kemaslahatan seluruh
umat manusia.
Mataram, 14 Mulut tahun Jimawal/ 1437 H
26 Desember 2015
Ditandatangani bersama kami,
1. Drs. Lalu Azhar
2. Drs. Haji Lalu Mujtahid
3. Drs. Lalu Baiq Windia M. Si
4. TGH. Ahyar Abduh
5. Drs. H. Husni Mu’adz MA., Ph. D.
6. Dr. Muhammad Fajri, M.A.
7. Dr. H. Jamaluddin, M. Ag.
8. Dr. Lalu Abd. Khalik, M. Hum.
9. Drs. H. A. Muhit Ellepaki, M. Sc.
10. Dr.
H. Sudirman M. Pd.
11. Dr.
H.L., Agus Fathurrahman
12. Mundzirin,
S. H.
13. L.
Ari Irawan, SE., S. Pd., M. Pd.